Laporan Akhir Praktikum
DDKA
Modul
IV
“ASIDI
– ALKALIMETRI“
Nama
: Wina Piola
Nim
: 441 – 410 – 049
Kelas
: Kimia. A
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
2012
/ 2013
LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
PERCOBAAN
IV
A.
JUDUL : ASIDI
– ALKALIMETRI
B.
TUJUAN : Mahasiswa
mampu menentukan kadar atau kosentrasi larutan asam dengan larutan basa yang
sudah diketahui kosentrasinya atau sebaliknya.
C.
DASAR
TEORI
Basa
dapat dititrasi dengan larutan baku asam. proses ini disebut asidimetri. Sebaliknya,
asam yang dititrasi dengan larutan baku basa disebut alkalimetri.
1. Dalam
asidi-alkalimetri, 1 ekivalen asam atau basa ialah sebanyak senyawa ini yang
dapat melepaskan 1 mol ion H+ (atau H3O+).
Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan
sevolume larutan basa atau sebaliknya dititrasi, seharusnya:
Jumlah
ekivalen asam = jumlah ekivalen basa
Saat
persamaan ini tercapai, disebut titik ekivalen. Bila kita mengerjakan
titrasinya, tanda-tanda apa yang memberi petunjuk, yang kita harus
mengthentikan titrasinya?
Jawabanya : perubahan warna
indikator yang menandakan tercapainya titik akhir titrasi.
2. Suatu
indikator berubah warnanya pada daerah pH tertentu, misalnya:
Metil jingga : merah pH 3,1 – pH 4,4 kuning
Bromtimol biru : kuning pH 6,0 – pH 7,6 biru
Fenoftalin : bening pH 8,0 – pH 9,8 merah
Untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan suatu larutan
baku. Larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutikan sampai
volume tertentu, secara langsung konsentrasinya diketahui. Larutan semacam ini
disebut larutan baku primer. Contohnya larutan asam oksalat. Larutan baku yang
konsentrasinya ditentukan melalui titrasi dengan larutan baku primer dinamakan
larutan baku sekunder. Contohnya NaOH yang konsentrasinya didapatkan dengan
menitrasinya dengan larutan baku primer asam oksalat.[1]
Asidimetri
adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa,
sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan
larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi
asam-basa.
Titrasi
adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang
ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi
reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang
diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang
menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena
hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini
diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir
titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana
penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna
indikator. Kadua cara di atas termasuk analisis titrimetri atau
volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering
digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang
keta, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi
oleh titrasi.
Rekasi-reaksi
kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah
sebagai berikut :
- Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
- Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip
reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH
-→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu
reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam
lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam
lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena
pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik
akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran
biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.[2]
Perhitungan
titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan dua macam cara,
yaitu :
1.
Berdasarkan
logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen (grek) asam yang bereaksi
sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.
Diketahui : grek
(garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),
Maka pada titik
ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau
V1 + N1
= V2 + N 2
Untuk asam berbasa
satu dan basa berasam satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1
M = 1 N. Akan tetapi untuk asam berbasa dua dan basa berasam dua 1 M = 1
N.
2.
Berdasarkan
koifisein reaksi atau pensetaraan jumlah mol
Misalnya untuk
reaksi :
2
NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O
(COOH)2
= 2 NaOH
Jika
M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH,
sedangkan M2 adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah
volume (COOH)2, maka :
Oleh sebab itu
: VNaOH × MNaOH × 1 = V(COOH)2 × M(COOH)2
× 2.[3]
D.
ALAT
DAN BAHAN
| Alat Yang Digunakan
1.
Gelas Kimia
|
Digunanakan
untuk melarutkan zat
|
2.
Gelas Ukur
|
Dugunakan
untuk mengukur larutan
|
3.
Erlenmeyer
|
Dugunakan
untuk titasi
|
4.
Pipet Ukur
|
Digunakan
untuk mengambil larutan dalam volume yang ditentukan
|
5.
Buret
|
Digunakan
untuk penitrasi suatu zat
|
6.
Statif & Klem
|
Digunakan
untuk penyangga buret
|
7.
Labu Takar
|
Digunakan
untuk mengukur volume larutan
|
| Bahan Yang Digunakan
1.
Boraks
|
2.
HCl 0,1 N
|
3.
Indikator PP
|
4.
Soda Api
|
5.
NaOH 0,1 N
|
6.
Asam Oksalat
|
7.
Asam Cuka
|
8.
Indikator Fenoftalin
|
| Sifat Fisik Dan Kimia
Bahan
Nama
Bahan
|
Sifat Fisika
|
Sifat Kimia
|
Boraks
|
||
HCl 0,1 N
|
§ Cairan
tak berwarna
§ Titik
leleh -27,32 oC, titik didih 48-110 oC
§ Berbau
tajam
|
§ Massa
molar 36,46 g/mol
§ Larut
dalam air
§ Korosif
|
Indikator PP
|
||
Soda Api
|
||
Indikator
Fenoftalin
|
E.
PROSEDUR
KERJA
Ø Asidimetri
Pembakuan Asam Klorida
a.
Dengan
Na2B4O7.10H2O 0,1 N
ü Menimbang
19,07 gr boraks.
ü Melarutkan
dengan aquadest hingga volume 1 L pada labu takar.
Larutan boraks ini dipakai untuk
membakukan HCl 0,1 N
b.
Pembakuan
HCl 0,1 N
ü Mengambil
25 ml larutan boraks dengan pipet kedalam Erlenmeyer.
ü Menambahkan
dengan indikator MO.
ü Mentitrasi
dengan HCl yang akan dibakukan hingga indikator mengalami perubahan warna.
ü Melakukan
duplo
ü Merata
– ratakan volume HCl yang digunakan
ü Menghitung
konsentrasi HCl
c.
Penggunaan
HCl Yang Telah Dibakukan Untuk Menganalisis NaOH Dan Na2CO3
Dari Caustic Soda
ü Menimbang
± 0,4 gr.
ü Melarutkan
dengan aquadest.
ü Mengencerkan
hingga volume 50 ml dalam labu takar.
ü Mengocok.
ü Mengambil
25 ml larutan tersebut ke dalam Erlenmeyer.
ü Menambahkan
25 ml aquadest.
ü Menambahkan
indicator PP beberapa tetes.
ü Mentitrasi
dengan HCl yang telah dibakukan hingga indicator berubah warna.
ü Mencatat
volume HCl yang digunakan.
ü Menambahkan
indicator MO.
ü Mentitrasi
kembali hingga indicator mengalami perubahan warna.
ü Mencatat
volume HCl yang digunakan.
ü Melakukan
duplo.
F.
HASIL
PENGAMATAN
Ø ASIDIMETRI
1.
Pembakuan
HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Mengambil 25 ml larutan boraks dengan pipet
kedalam Erlenmeyer.
|
|
2.
|
Menambahkan dengan indikator MO.
|
Larutan menjadi warna kuning
|
3.
|
Mentitrasi dengan HCl yang akan dibakukan hingga
indikator mengalami perubahan warna.
|
Larutan
menjadi warna orange
|
4.
|
Melakukan duplo
|
|
5.
|
Merata – ratakan volume HCl yang digunakan
|
24,75 ml
|
6.
|
Menghitung
konsentrasi HCl
|
0,1 N
|
2.
Penggunaan
HCl yang telah dibakukan analisis NaOH dan Na2CO3 dari
Caustic Soda
No
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Menimbang ± 0,4 gr.
|
|
2.
|
Melarutkan
dengan aquadest.
|
|
3.
|
Mengencerkan
hingga volume 50 ml dalam labu takar.
|
|
4.
|
Mengocok.
|
|
5.
|
Mengambil 25 ml larutan tersebut ke
dalam Erlenmeyer.
|
|
6.
|
Menambahkan 25 ml aquadest.
|
|
7.
|
Menambahkan indicator PP beberapa
tetes.
|
Larutan
berwarna pink
|
8.
|
Mentitrasi dengan HCl yang telah
dibakukan hingga indicator berubah warna.
|
Larutan
berwarna bening
|
9.
|
Mencatat volume HCl yang digunakan.
|
1,3
ml
|
10.
|
Menambahkan indicator MO.
|
Larutan
berwarna kuning
|
11.
|
Mentitrasi kembali hingga indicator
mengalami perubahan warna.
|
Larutan
berwarna orange
|
12.
|
Mencatat volume HCl yang digunakan.
|
23
ml
|
13.
|
Melakukan
duplo.
|
| Foto Hasil Pengamatan
Pembakuan
HCl
|
Analisis
NaOH dan Na2CO3 dari Caustic Soda
|
Larutan
saat ditambahkan indicator MO
|
Larutan
Boraks
|
Larutan
saat di titrasi dengan HCl
|
Larutan
penambahan indicator PP
|
Setelah
titrasi dengan HCl
|
|
Larutan
saat ditambahkan indicator MO
|
|
Setelah
titrasi denga larutan HCl
|
|
Larutan duplo
|
| Reaksi
| Perhitungan
1.
Pembakuan
HCl
V1 HCl = 25,4
ml
V2 HCl = 24,1
ml
VHCl =
V1N1 = V2N2
0,025 × 0,1 = 0,02475 × N2
0,0025 = 0,02475 × N2
N2 =
2.
Analisis
NaOH dan Na2CO3 dari Caustic Soda
V1 HCl = Indikator
PP = 1,3 ml
V1 HCl = Indikator
MO = 23 ml
V2 HCl = Indikator
PP = 1,3 ml
V2 HCl = indicator
MO = 24,4 ml
G.
PEMBAHASAN
1.
Pembakuan
HCl
Boraks yang
telah diukur sebanyak 25 ml ditambahkan indicator MO sebanyak 3 tetes menjadi
warna kuning kemudian dititrasi dengan larutan HCl hinggga terjadi perubahan
warna menjadi warna orange muda. Kemudian melakukan duplo sampai 2 kali.
2.
Penggunaan
HCl yang telah dibakukan analisis NaOH dan Na2CO3 dari
Caustic Soda
Caustic soda yang telah di timbang sebanyak 0,4 gr
dilarutka dalam 50 ml aquadest. Kemudan mengambil 25 ml larutan caustic soda
tersebut lalu ditambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes terjadi perubahan warna
menjadi warna pink lalu dititrasi sampai terjadi perubahan warna menjadi bening
kemudian ditambahkan indicator MO menjadi warna kuning kemudian di titrasi
kembali menggunakan larutan HCl sampai ejadi perubahan warna menjadi warna
orange. Kemudian melakukanduplo sebanyak 2 kali.
H.
KESIMPULAN
Dari
praktikum yang dilakukan dapat di ambil kesimplan :
1. Analisisis
volumetri dilakukan dengan tujuan menentukan kadar atau konsentrasi larutan
asam dengan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya.
2. apabila
basa ditirasi dengan larutan baku asam maka disebut asidimetri. Sedangkan
apabila asam ditirasi dengan larutan baku basa disebut alkalimetri.
Jadi apabila asam dan basah bertemu maka akan
terjadi suatu perubahan warna.
I.
KEMUNGKINAN
KESALAHANhttp://wina.piola.com/laporan-akhir-praktikum-asidi-alkalimetri.html
| Kesalahan
dalam melakukan titrasi
DAFTAR PUSTAKA
Teaching,Team.
2009. Modul Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo:
UNG.
Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Gan bagi filenya dong , file ini , atau boleh kirim ke email saya muhammadalwi2222@yahoo.com
BalasHapus