Senin, 17 Desember 2012

LAPORAN PRAKTIKUM ASIDI - ALKALIMETRI


Laporan Akhir Praktikum DDKA
Modul IV
“ASIDI – ALKALIMETRI“
Nama : Wina Piola
Nim : 441 – 410 – 049
Kelas : Kimia. A

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2012 / 2013

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
PERCOBAAN IV
     A.            JUDUL           :           ASIDI – ALKALIMETRI
     B.            TUJUAN        :           Mahasiswa mampu menentukan kadar atau kosentrasi larutan asam dengan larutan basa yang sudah diketahui kosentrasinya atau sebaliknya.
     C.            DASAR TEORI
Basa dapat dititrasi dengan larutan baku asam. proses ini disebut asidimetri. Sebaliknya, asam yang dititrasi dengan larutan baku basa disebut alkalimetri.
1.      Dalam asidi-alkalimetri, 1 ekivalen asam atau basa ialah sebanyak senyawa ini yang dapat melepaskan 1 mol ion H+ (atau H3O+). Proses untuk menentukan banyaknya ekivalen asam dibutuhkan untuk menetralkan sevolume larutan basa atau sebaliknya dititrasi, seharusnya:
Jumlah ekivalen asam = jumlah ekivalen basa
Saat persamaan ini tercapai, disebut titik ekivalen. Bila kita mengerjakan titrasinya, tanda-tanda apa yang memberi petunjuk, yang kita harus mengthentikan titrasinya?
Jawabanya : perubahan warna indikator yang menandakan tercapainya titik akhir titrasi. 
2.      Suatu indikator berubah warnanya pada daerah pH tertentu, misalnya:
Metil jingga                   : merah pH 3,1 – pH 4,4 kuning
Bromtimol biru  : kuning pH 6,0 – pH 7,6 biru
Fenoftalin                      : bening pH 8,0 – pH 9,8 merah
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa diperlukan suatu larutan baku. Larutan baku yang dibuat dengan menimbang zatnya lalu melarutikan sampai volume tertentu, secara langsung konsentrasinya diketahui. Larutan semacam ini disebut larutan baku primer. Contohnya larutan asam oksalat. Larutan baku yang konsentrasinya ditentukan melalui titrasi dengan larutan baku primer dinamakan larutan baku sekunder. Contohnya NaOH yang konsentrasinya didapatkan dengan menitrasinya dengan larutan baku primer asam oksalat.[1]
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa.
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Kadua cara  di atas termasuk analisis titrimetri atau volumetrik. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik lebih sering digunakan dari pada titrimetrik. Akan tetatpi, dilihat dari segi yang yang keta, “titrimetrik” lebih baik, karena pengukuran volume tidak perlu dibatasi oleh titrasi.
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-basa adalah sebagai berikut :
  • Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka reksinya adalah : HA + OH→A- + H2O
  • Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka reaksinya adalah ; BOH + H+ → B+ = H2O
Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip reaksi titrasi asam basa adalah reaksi penetralan, yakni ; H+ + OH -→ H2O dan terdiri dari beberapa kemungkinan yaitu reaksi-rekasi antara asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dan basa lemah, asam lemah dan basa kuat, serta asam lemah dan basa lemah. Khusus reaksi antara asam lemah dan basa lemah tidak dapat digunakan dalam analisis kuantitatif, karena pada titik ekivalen yang terbentuk akan terhidrolisis kembali sehingga titik akhir titrasi tidak dapat diamati. Hal ini yang menyebabkan bahwa titran biasanya merupakan larutan baku elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.[2]
Perhitungan titrasi asam basa didasarkan pada reaksi pentralan, menggunakan dua macam cara, yaitu :
1.      Berdasarkan logika bahwa pada reaksi penetralan, jumlah ekivalen (grek) asam yang bereaksi sama dengan jumlah ekivalen (grek) basa.
Diketahui : grek (garam ekivalensi) = Volume (V) x Normalitas (N),
Maka pada titik ekivalen : V asam x N asam = V basa x N basa; atau
V1 + N1 = V2 + N 2
Untuk asam berbasa satu dan basa berasam satu, normalitas sama dengan molaritas, berarti larutan 1 M = 1 N. Akan  tetapi untuk asam berbasa dua dan basa berasam dua 1 M = 1 N.
2.      Berdasarkan koifisein reaksi atau pensetaraan jumlah mol
Misalnya untuk reaksi :
2 NaOH + (COOH)2→(COONa) + H2O
(COOH)2 = 2 NaOH
Jika M1 adalah molaritas NaOH dan V1 adalah volume NaOH, sedangkan M2 adalah molaritas (COOH)2 dan V2 adalah volume (COOH)2, maka :
Oleh sebab itu :  VNaOH × MNaOH × 1 = V(COOH)2 × M(COOH)2 × 2.[3]
    D.            ALAT DAN BAHAN
      |   Alat Yang Digunakan
1.      Gelas Kimia
gelas beaker.jpg

Digunanakan untuk melarutkan zat
2.      Gelas Ukur
gelas ukur.jpg

Dugunakan untuk mengukur larutan
3.      Erlenmeyer
erlenmeyer3.jpg

Dugunakan untuk titasi
4.      Pipet Ukur
pipet tetes 2.jpg



Digunakan untuk mengambil larutan dalam volume yang ditentukan
5.      Buret
buret.jpg

Digunakan untuk penitrasi suatu zat
6.      Statif & Klem
clamps n statif.jpg

Digunakan untuk penyangga buret
7.      Labu Takar
labu ukur leher panjang.jpg
Digunakan untuk mengukur volume larutan

      |   Bahan Yang Digunakan
1.      Boraks
2.      HCl 0,1 N
3.      Indikator PP
4.      Soda Api
5.      NaOH 0,1 N
6.      Asam Oksalat
7.      Asam Cuka
8.      Indikator Fenoftalin









      |   Sifat Fisik Dan Kimia Bahan
Nama Bahan
Sifat Fisika
Sifat Kimia
Boraks


HCl 0,1 N
§ Cairan tak berwarna
§ Titik leleh -27,32 oC, titik didih 48-110 oC
§ Berbau tajam

§  Massa molar 36,46 g/mol
§  Larut dalam air
§  Korosif
Indikator PP


Soda Api


Indikator Fenoftalin



     E.            PROSEDUR KERJA
      Ø   Asidimetri
Pembakuan Asam Klorida
a.      Dengan Na2B4O7.10H2O 0,1 N
5-Point Star: 19,07 gr Boraks
ü  Menimbang 19,07 gr boraks.
ü  Melarutkan dengan aquadest hingga volume 1 L pada labu takar.
5-Point Star: Larutan Boraks 


Larutan boraks ini dipakai untuk membakukan HCl 0,1 N

b.      Pembakuan HCl 0,1 N
5-Point Star: Larutan Boraks
ü  Mengambil 25 ml larutan boraks dengan pipet kedalam Erlenmeyer.
ü  Menambahkan dengan indikator MO.
ü  Mentitrasi dengan HCl yang akan dibakukan hingga indikator mengalami perubahan warna.
ü  Melakukan duplo
ü  Merata – ratakan volume HCl yang digunakan
ü  5-Point Star: Larutan menjadi orangeMenghitung konsentrasi HCl













c.       Penggunaan HCl Yang Telah Dibakukan Untuk Menganalisis NaOH Dan Na2CO3 Dari Caustic Soda
5-Point Star: Caustic
Soda
ü  Menimbang ± 0,4 gr.
ü  Melarutkan dengan aquadest.
ü  Mengencerkan hingga volume 50 ml dalam labu takar.
ü  Mengocok.
ü  Mengambil 25 ml larutan tersebut ke dalam Erlenmeyer.
ü  Menambahkan 25 ml aquadest.
ü  Menambahkan indicator PP beberapa tetes.
ü  Mentitrasi dengan HCl yang telah dibakukan hingga indicator berubah warna.
ü  Mencatat volume HCl yang digunakan.
ü  Menambahkan indicator MO.
ü  Mentitrasi kembali hingga indicator mengalami perubahan warna.
ü  Mencatat volume HCl yang digunakan.
ü  5-Point Star: Larutan menjadi warna orangeMelakukan duplo.





      F.            HASIL PENGAMATAN
      Ø   ASIDIMETRI
1.      Pembakuan HCl
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.       
Mengambil 25 ml larutan boraks dengan pipet kedalam Erlenmeyer.


2.       
Menambahkan dengan indikator MO.

Larutan menjadi warna kuning
3.       
Mentitrasi dengan HCl yang akan dibakukan hingga indikator mengalami perubahan warna.

Larutan menjadi warna orange
4.       
Melakukan duplo


5.       
Merata – ratakan volume HCl yang digunakan

24,75 ml
6.       
Menghitung konsentrasi HCl

0,1 N

2.      Penggunaan HCl yang telah dibakukan analisis NaOH dan Na2CO3 dari Caustic Soda
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.       
Menimbang ± 0,4 gr.


2.       
Melarutkan dengan aquadest.


3.       
Mengencerkan hingga volume 50 ml dalam labu takar.


4.       
Mengocok.


5.       
Mengambil 25 ml larutan tersebut ke dalam Erlenmeyer.


6.       
Menambahkan 25 ml aquadest.



7.       
Menambahkan indicator PP beberapa tetes.

Larutan berwarna pink
8.       
Mentitrasi dengan HCl yang telah dibakukan hingga indicator berubah warna.

Larutan berwarna bening
9.       
Mencatat volume HCl yang digunakan.

1,3 ml
10.   
Menambahkan indicator MO.

Larutan berwarna kuning
11.   
Mentitrasi kembali hingga indicator mengalami perubahan warna.

Larutan berwarna orange
12.   
Mencatat volume HCl yang digunakan.

23 ml
13.   
Melakukan duplo.



      |   Foto Hasil Pengamatan
Pembakuan HCl

Analisis NaOH dan Na2CO3 dari Caustic Soda

Larutan saat ditambahkan indicator MO
IMG0771A.jpg
Larutan Boraks
IMG0774A.jpg
Larutan saat di titrasi dengan HCl
IMG0770A.jpg
Larutan penambahan indicator PP
IMG0773A.jpg



Setelah titrasi dengan HCl
IMG0774A.jpg

Larutan saat ditambahkan indicator MO
IMG0771A.jpg

Setelah titrasi denga larutan HCl
IMG0775A.jpg


Larutan duplo
IMG0776A.jpg

      |   Reaksi
      |   Perhitungan
1.      Pembakuan HCl
V1 HCl          =          25,4 ml
V2 HCl          =          24,1 ml
VHCl              =         
V1N1 = V2N2
0,025 × 0,1 = 0,02475 × N2
0,0025 = 0,02475 × N2
N2 =
                                
2.      Analisis NaOH dan Na2CO3 dari Caustic Soda
V1 HCl          =          Indikator PP     = 1,3 ml
V1 HCl          =          Indikator MO   = 23 ml
V2 HCl          =          Indikator PP     = 1,3 ml
V2 HCl          =          indicator MO    = 24,4 ml

    G.            PEMBAHASAN
1.      Pembakuan HCl
Boraks yang telah diukur sebanyak 25 ml ditambahkan indicator MO sebanyak 3 tetes menjadi warna kuning kemudian dititrasi dengan larutan HCl hinggga terjadi perubahan warna menjadi warna orange muda. Kemudian melakukan duplo sampai 2 kali.

2.      Penggunaan HCl yang telah dibakukan analisis NaOH dan Na2CO3 dari Caustic Soda
Caustic soda yang telah di timbang sebanyak 0,4 gr dilarutka dalam 50 ml aquadest. Kemudan mengambil 25 ml larutan caustic soda tersebut lalu ditambahkan indicator PP sebanyak 3 tetes terjadi perubahan warna menjadi warna pink lalu dititrasi sampai terjadi perubahan warna menjadi bening kemudian ditambahkan indicator MO menjadi warna kuning kemudian di titrasi kembali menggunakan larutan HCl sampai ejadi perubahan warna menjadi warna orange. Kemudian melakukanduplo sebanyak 2 kali.




    H.            KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat di ambil kesimplan :